PENGENALAN TERHADAP VAKSIN DAN PRINSIP DASAR VAKSINASI PADA HEWAN

Artikel ini saya tujukan kepada teman-teman terutama pelaku peternakan skala kecil agar lebih mengenal apa itu vaksin dan vaksinasi. Tanpa pamrih apa pun kecuali ridho Tuhan. Semoga bermanfaat.

PENGENALAN TERHADAP VAKSIN DAN PRINSIP DASAR VAKSINASI PADA HEWAN

Vaksinasi atau disebut juga dengan immunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit. Vaksinasi juga merupakan salah satu upaya untuk mencegah hewan terhadap infeksi suatu penyakit. Adapun pengertian vaksin yaitu suatu bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif pada tubuh hewan terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh suatu mikroorganisme.

Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan suatu hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu (bakteri, virus atau toksin).

Vaksin juga dapat membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker). Vaksin dapat dibedakan menjadi dua yaitu: vaksin aktif (live vaccine) dan vaksin inaktif (killed vaccine).

1. Vaksin aktif (live vaccine)
Vaksin yang berisi mikroorganisme agen penyakit (virus atau bakteri) dalam keadaan hidup tetapi sudah dilemahkan. Vaksin aktif hanya mengandung relatif kecil antigen. Antigen yang masih hidup tersebut di diharapkan mampu memperbanyak diri di dalam tubuh hewan yang divaksin hingga dapat merangsang sistem kekebalan tubuh hewan tersebut. Vaksin aktif memiliki keuntungan dan kerugian yaitu sebagai berikut:

a. Keuntungan vaksin aktif :
• Mampu menghasilkan kekebalan yang lebih tinggi titernya dan daya proteksinya lebih lama
• Merangsang pembentukan sistem imun secara luas termasuk respon sel T dan respon mukosa IgA

b. Kerugian vaksin aktif:
• Dapat berubah menjadi virulen atau patogen.
• Tidak dapat dilakukan pada hewan yang masih memiliki antibodi maternal (diperoleh saat hewan masih di dalam kandungan induknya atau melalui kolostrum susu dari induk).
• Vaksin aktif harus disimpan pada suhu rendah yaitu 4 - 8° C atau pada suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi untuk menjaga potensi vaksin. 
Kesalahan dalam menyimpan atau memindahkan tempat dapat membunuh mikroorganisme hidup pada vaksin. Perubahan suhu yang terlalu mendadak dan tinggi, sinar matahari dan ultraviolet, atau radiasi juga dapat mematikan mikroorganisme hidup (virus atau bakteri) dalam vaksin serta dapat menurunkan potensi vaksin.
• Lebih reaktogenik.

2. Vaksin inaktif (killed vaccine)
Vaksin yang berisi mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan mati (dimatikan) atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Biasanya vaksin inaktif di dalamnya dicampurkan atau ditambahkan oil adjuvant untuk perpanjangan immunitas dan mengurangi jumlah mikroorganisme yang digunakan. Ajuvant yang digunakan dapat berupa aluminium hidroksida, aluminium fosfat untuk mengadsorpsi antigen pelarut atau lanolin untuk mengemulsikan antigen, maupun β-propiolakton.

a. Keuntungan vaksin inaktif:
• Aman karena tidak ada resiko jadi virulen atau patogen.
• Mudah diproduksi dan disimpan.
• Toleransi lebih baik.

b. Kerugian vaksin inaktif:
• Memerlukan penggunaan berulang (booster) untuk mempertahankan proteksi.
• Rangsangan imunitas seluler dan mukosa, kurang.
• Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan penyakit karena imbalans respon imun.
Prinsip dasar dari vaksinasi yaitu untuk menginduksi respon imun spesifik hewan terhadap agen infeksi tertentu. Vaksin dapat melindungi tubuh hewan terhadap agen infeksi yang patogen secara primer dengan membentuk antibodi dan secara sekunder dengan membentuk sistem cellular mediated immunity (CMI) serta mendorong pembentukan antibodi lokal. Antibodi yang dibentuk tubuh bersifat spesifik, artinya satu jenis antibodi hanya mengenal satu macam agen infeksius (bakteri/virus tertentu) yang telah dikenali oleh tubuh melalui vaksinasi. Sistem kekebalan akan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, kemudian menghancurkannya dan mengingatnya. Ketika dikemudian hari agen yang virulen menginfeksi tubuh, sistem kekebalan telah siap dengan mekanisme sebagai berikut.

1. Menetralkan bahannya sebelum memasuki sel.
2. Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berkembang biak.
3. Jika tetap sakit, maka sakitnya akan jauh lebih ringan.
Apabila kemampuan sel-sel imun tidak sebanding dengan agen penyakit yang menyerang, maka hewan akan terjangkit penyakit dan ditandai dengan munculnya gejala klinis. Pada kondisi ini, vaksinasi justru tidak dapat dilakukan karena dapat menambah beban kerja sel – sel imun untuk menangkis agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Terdapat berbagai macam faktor yang dapat berperan dalam penentuan keberhasilan suatu program vaksinasi. Faktor-faktor tersebut meliputi :

1. Peran Antibodi
Antibodi maternal merupakan antibodi yang dimiliki anak hewan berasal dari perolehan saat fetus dalam kandungan atau melalui kolostrum pada susu induk atau melalui kuning telur pada hewan yang bertelur. Berdasarkan anatomi plasenta yang dimiliki kucing menunjukkan bahwa, 95% immunoglobulin telah diwariskan pada anak dibandingkan 100% yang dimiliki oleh induk. Dengan demikian, anak kucing yang lahir dengan tidak mendapat kolostrum masih dapat bertahan terhadap infeksi dalam beberapa waktu, mengingat bahwa anak kucing mengandung 95% immunoglobulin. Bila immunitas yang diterima dalam kandungan dan ditambah dengan immunitas yang diperoleh melalui kolostrum, maka anak yang dilahirkan tersebut dalam beberapa hari memiliki maternal immunity. Sistem immunitas yang terbentuk seperti di atas disebut juga immunitas pasif. Immunitas yang berbentuk immunoglobulin tersebut mampu bertahan 14 – 16 minggu pada kucing. Pada beberapa minggu terakhir dari waktu tersebut, jumlah antibodi maternal sudah sangat rendah sehingga anak kucing rentan terhadap infeksi. Antibodi maternal akan mengalami penurunan karena pertambahan berat badan dari anak hewan.

Pada unggas, maternal antibodi bisa melindungi atau memproteksi anaknya terhadap berbagai serangan penyakit selama 21 hari bila kuning telur bisa diserap dengan sempurna. Untuk memberikan proteksi terhadap anak unggas setelah 21 hari, diperlukan program vaksinasi terhadap beberapa penyakit yang potensial menyerang anak ayam.

2. Jenis Vaksin
Jenis vaksin dapat dibagi menjadi vaksin aktif dan vaksin inaktif. Kedua jenis vaksin ini memiliki keguntungan dan kerugian seperti yang telah dijelaskan di atas. Vaksin aktif mampu menghasilkan kekebalan yang lebih tinggi titernya dan daya proteksinya lebih lama, sedangkan vaksin inaktif rangsangan imunitas seluler dan mukosa kurang dibandingkan vaksin aktif.

3. Aplikasi Vaksinasi
Efektifitas vaksin 85% ditentukan oleh ketepatan aplikasinya. Kegagalan vaksinasi dapat terjadi terutama karena cara pemberian vaksin yang tidak mengikuti petunjuk penggunaannya. Aplikasi vaksin dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu: secara intra muskular (IM), subkutan (SC), secara oral dan diteteskan pada mukosa mata atau hidung. Sebagai contoh, vaksin campak (measles vaccine) harus diinjeksikan secara intra muskular (IM); vaksin distemper, ICH, panleukopenia dapat disuntikkan secara IM ataupun subkutan (SC); vaksin Newcastle Disease (ND) dan Infectious Bronchitis (IB) pada ayam dapat diberikan dengan cara diteteskan pada mata.
4. Umur Hewan
Anak hewan yang terlalu muda belum siap membentuk antibodi dengan baik. Apabila vaksinasi dilakukan pada anak hewan yang masih terlalu muda dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan vaksinasi. Hal ini dipengaruhi juga karena anak hewan yang terlalu muda masih memiliki antibodi maternal. Sebagai contoh, pada kucing yang divaksinasi dengan vaksin live modified pada umur kurang dari 6 minggu dapat mengakibatkan blocking, sehingga anak kucing dengan mudah dapat terinfeksi agen infeksius dari lingkungan, atau oleh vaksin yang disuntikkan 2 – 3 minggu kemudian. Kucing tua yang berumur lebih dari 4 tahun sudah tidak begitu responsif terhadap pembentukkan antibodi maupun CMI, sehingga perlu diberikan booster (vaksinasi ulang) tahunan. Banyak pemilik hewan yang menganggap hewan tua dan telah divaksin berulang-ulang dianggap sudah kebal sepenuhnya, sehingga vaksinasi terhadap kucing dianggap tidak penting lagi. Tentunya anggapan ini tidak benar.

5. Kondisi Hewan Saat Vaksinasi
Sebaiknya hewan divaksinasi pada saat hewan dalam kondisi sehat dan bebas dari infeksi parasit seperti cacing. Hindari untuk melakukan vaksinasi hewan apabila dalam keadaan demam, nafsu makan berkurang, mukosa hidung kering dan hewan yang kurus. Pada keadaan tersebut, vaksinasi harus ditunda sampai hewan benar-benar sehat.
Ingat, hanya vaksin yang bisa membuat hewan kebal terhadap penyakit. Produk lain, herbal dan probiotika, bisa membuat sehat, ya. Membuat kebal, tidak. Kalau ada yang meng-klaim probiotika dan atau herbal bisa membuat kebal, itu non-sense atau omong kosong yang menyesatkan.